Berbicara sampah styrofoam, melansir informasi dari situs Sistem Informasi Pengolahan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) per Juli 2024, bahwa berdasarkan data dari 290 kab/kota se-Indonesia menyebutkan bahwa sampah nasional tahun 2024 mencapai angka 31,9 juta ton.
Jumlah sampah plastik sekitar 16% atau sekitar 5.1 juta ton dari total produksi sampah. SIPSN juga menjelaskan bahwa baru 63,3% atau 20,5 juta ton sampah yang sudah dikelola. Sementara 35,67% atau 11,3 juta ton sampah belum dikelola sebagaimana mestinya. Bisa jadi sampah styrofoam menjadi salah satu bagian sampah yang belum dikelola dengan baik. Hal ini mengingat masih banyaknya sampah styrofoam bertebaran dimana-mana.
Apa Itu Sampah Styrofoam?
Sampah styrofoam menjadi salah satu sampah yang dapat merusak lingkungan. Kepraktisannya membuat banyak orang menggunakannya untuk membungkus makanan, sebagai alas makan sekali pakai, atau kebutuhan lainnya. Styrofoam terbuat dari plastik polistiren atau plastik yang keras sehingga bentuknya lebih kokoh dibandingkan dengan alat pembungkus makanan lainnya. Hal ini membuatnya menjadi sampah yang tidak mudah terurai dan dapat bertahan hingga ratusan tahun di alam.
Tentu saja hal ini akan menimbulkan permasalahan baru bagi lingkungan jika masyarakat terus menerus menggunakannya tanpa melakukan pengelolaan sampahnya dengan baik dan tepat. Kebanyakan saat ini sampah styrofoam hanya berhenti di tempat pembuangan akhir saja (TPA). Tak heran juga kita bisa melihat sampah dengan nama lain polistirena ini berakhir di lautan luas. Tentu saja hal ini dapat merusak lingkungan laut dan juga ekosistem laut.
Bahan polistirena yang ada di styrofoam, membuat sampah ini sulit untuk terdegradasi dan jika pun terdegradasi, zat kimia yang terdapat di dalamnya akan larut dan merusak sumber air. Styrofoam juga berbahaya bagi kesehatan manusia karena kandungan bahannya dapat menimbulkan penyakit seperti kanker, pernafasan, pencernaan, dan penyakit lainnya. Oleh sebab itu lebih baik menghindari menggunakan styrofoam untuk membungkus makanan.
Untuk mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan, ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menanggulangi sampah ini. Mulai dari melakukan edukasi dan membangun awareness masyarakat untuk tidak terus menggunakan styrofoam untuk membungkus makanan setiap hari dan memilih kemasan yang lebih ramah lingkungan.
Atau melakukan pengumpulan dan pemilahan sampah styrofoam agar pengelolaannya lebih tepat, mengembangkan sistem daur ulang untuk sampah styrofoam misalnya bekerjasama dengan pihak industri terkait, sampai dengan membuat inovasi dengan memanfaatkan sampah styrofoam menjadi barang-barang bernilai guna seperti kerajinan, karya seni, dan lainnya. Seperti yang dilakukan oleh Budi Sugiarto, pemuda asal Jakarta yang mengolah sampah styrofoam menjadi sebuah karya seni.
Budi Sugiarto, Olah Sampah Styrofoam Menjadi Karya Seni
Sejak tahun 2017, Budi Sugiarto dan ayahnya, Surani mengumpulkan sampah styrofoam yang terdapat di sungai dan juga pantai di Pulau Rambut, Kepulauan Seribu. Keduanya mengumpulkan sampah ini tanpa dibayar, bahkan ayahnya sudah melakukan ini lebih dari 30 tahun. Namun ketika sudah terkumpul keduanya bingung harus diapakan sampah-sampah styrofoam ini, sehingga mereka pun melelehkan sampah ini di lokasi.
Setelah dilelehkan, kemudian memanfaatkan sampah tersebut untuk dijadikan bahan tambahan pajangan, batako dan bahan lukisan timbul. Untuk lukisan timbul, sampah styrofoam ini dilelehkan terlebih dahulu, kemudian dicampur dengan bahan lainnya seperti kertas koran lalu ditempel di atas kanvas yang sudah dibuat sketsa wajah atau sketsa gambar lainnya.
Sebelum membuat lukisan-lukisan ini, laki-laki yang pernah mengenyam pendidikan di Korea Selatan ini terlebih dahulu membuat sketsa dengan menggunakan aplikasi photoshop, sehingga tak heran jika karyanya laku sampai jutaan rupiah karena memang didesain dengan sangat baik.
Berbagai karya seninya dari sampah styrofoam ini sudah banyak dimanfaatkan oleh pelaku seni lainnya untuk dekorasi karnaval atau perajin lainnya. Ribuan lukisan yang dibuatnya sudah terjual sampai ratusan pcs dengan kisaran Rp5-20 juta. Aksinya dalam mendaur ulang sampah styrofoam menjadi karya seni tentu saja sudah membantu lingkungannya menjadi lebih bersih dan bebas sampah styrofoam.
Tidak hanya berhenti sampai di situ, Budi yang seorang lulusan Teknologi Rekayasa Perangkat Lunak, juga mendirikan sebuah tempat belajar Re-cycle Academy yaitu sebuah akademi yang rutin memberikan pelatihan-pelatihan kepada mahasiswa atau warga sekitar yang ingin belajar melakukan daur ulang sampah.
Lokasi belajar ini berada di terminal Pulo Gebang, Jakarta Timur di lantai 1. Di dalam akademi ini anda akan melihat berbagai hasil karya seni yang sudah dihasilkannya berupa sketsa dari mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Joko Widodo, Jusuf Kalla, Imam Nahrowi, artis Krisna Murti, PLT Gubernur DKI Jakarta Sumarsono, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, Agus Yudhoyono, hingga Gubernur DKI Jakarta, dan juga Djarot Syaiful Hidayat.
Kontribusinya dalam menyelamatkan bumi dengan melakukan daur ulang sampah dan mendirikan tempat pelatihan sampah Ry-cycle Academy, telah mengantarkan laki-laki yang pernah mengenyam pendidikan di bidang sains di UGM dan Seoul National university ini menjadi salah satu penerima SATU Award dari PT. Astra International Tbk dalam kategori lingkungan pada tahun 2017.
Semoga dengan mendapatkan apresiasi luar biasa ini, semakin mendorong Budi untuk terus berkarya dalam melakukan daur ulang sampah styrofoam yang akan membantu lingkungan tetap lestari.
#LFAAPADETIK2024
Referensi:
https://koran-jakarta.com/kala-limbah-styrofoam-berlabuh-dalam-kanvas?page=all
https://waste4change.com/blog/dampak-styrofoam-bagi-manusia-dan-sampah-bagi-lingkungan
https://nationalgeographic.grid.id/read/13279977/styrofoam-ramah-lingkungan
https://waste4change.com/blog/dampak-styrofoam-bagi-manusia-dan-sampah-bagi-lingkungan
https://green.org/2024/07/19/styrofoam-recycling/