Ada yang pernah mendengar Ratu Sampah Sekolah atau mungkin membacanya di berita atau di internet? Di tengah tantangan lingkungan yang semakin kompleks, anak muda kini menjadi garda terdepan dalam upaya menjaga kebersihan dan kelestarian bumi. Kepedulian mereka terhadap sampah bukan hanya sekedar gerakan sesaat, tetapi bentuk komitmen nyata untuk menciptakan perubahan. Dengan kreativitas dan semangat tinggi, generasi muda berperan penting dalam mengedukasi masyarakat dan menginisiasi solusi pengelolaan sampah yang berkelanjutan demi masa depan yang lebih bersih dan sehat.

Mengenal Amilia Agustin Sebagai Sosok Ratu Sampah Sekolah
Perkembangan teknologi dan media sosial yang memaparkan banyaknya kerusakan lingkungan, mendorong banyak anak muda atau generasi muda yang mulai peduli akan lingkungan. Ternyata di waktu dulu pun sudah banyak generasi muda yang peduli dengan kelestarian lingkungan. Sayangnya di zaman dulu, perkembangan media sosial dan teknologi belum semasif sekarang, sehingga kepedulian dan aksi mereka tidak terekspose dengan baik.
Salah satu generasi muda yang memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan sejak usia muda adalah Amilia Agustin. Seorang perempuan belia kala itu yang dijuluki ratu sampah sekolah. Julukan ratu sampah ini ia dapatkan dari masyarakat dan media lokal sebagai bentuk apresiasi atas kontribusinya terhadap lingkungan yaitu dalam menangani masalah sampah
Kepedulian yang dimilikinya terhadap lingkungan membuatnya bergerak dan berdaya dalam mengelola sampah. Perempuan hebat kelahiran Bandung, 20 April 1996 ini, memulai aksi menjaga lingkungan dengan melakukan pengelolaan sampah, memulainya sejak masih duduk di bangku SMP kelas 2 ketika usianya baru menginjak 12 tahun. Kepeduliannya terhadap lingkungan dipengaruhi oleh peran orangtuanya yang juga peduli terhadap lingkungan dan mengajarkan ratu sampah sekolah ini untuk peduli terhadap keberlangsungan bumi.
Saat menginjak SMA, kepeduliannya terhadap lingkungan semakin tergerak, ketika ratu sampah sekolah ini harus melihat tumpukan sampah di lingkungan sekolahnya, SMA 11 Bandung. Keinginannya menjaga lingkungan mendorongnya untuk mengajak sembilan orang temannya untuk membentuk sebuah program peduli sampah sekolah. Program ini diberi nama program Go to Zero Waste School.

Lalu ia dan teman-temannya menemui seorang guru untuk mendapatkan bimbingan dalam pengelolaan sampah yang ada di sekolah, sekaligus juga menjadi fasilitator selama mereka menjalankan program sampah tersebut. Ia bersama teman-temannya menjalankan program ini dengan tujuan untuk meminimalisir sampah yang bertumpuk di lingkungan sekolahnya. Dan dibawah bimbingan gurunya, ia mulai melakukan sosialisasi ke berbagai kelas untuk tidak membuang sampah sembarangan.
Untuk menjalankan programnya ini, tentu saja ia membutuhkan dana. Ia dan teman-temannya mengajukan proposal pendanaan untuk program Go to Zero Waste School ke salah satu penyedia dana lingkungan pada Program Young Change Maker dari Asoka Indonesia. Keinginan kuatnya untuk menjaga lingkungan melalui pengelolaan sampah, mendapat persetujuan dan mendapatkan bantuan dana sebesar Rp2,5 juta. Kepeduliannya terhadap sampah semakin kuat, tatkala ia harus menyaksikan dampak buruk dari sampah itu sendiri disekitarnya.
Saat kuliah, ratu sampah sekolah ini melanjutkan pendidikannya dengan mengambil jurusan lingkungan dan manajemen sumber daya alam. Selama menjadi mahasiswa pun ia aktif dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan. Dengan mengikuti berbagai kegiatan, ia banyak mendapatkan pengetahuan secara langsung dari para praktisi dan para ahli di bidang lingkungan terkait dengan isu-isu lingkungan yang terjadi saat ini.
Berdayakan Masyarakat Dengan Mengolah Sampah Jadi Kreativitas
Amilia Agustin si ratu sampah sekolah ini tidak hanya sekedar mengumpulkan sampah, tetapi juga melakukan beberapa program yang mendorong dan mengedukasi masyarakat agar lebih peduli dengan sampah. Mulai dari bagaimana memilah sampah, mengurangi penggunaan sampah plastik sekali pakai, bagaimana mendaur ulang limbah rumah tangga, dan lainnya. Edukasi ini membantu beberapa perempuan semakin paham akan pentingnya pengelolaan sampah dari rumah dan dari hal-hal kecil.

Dalam hal pengelolaan sampah, Amilia si ratu sampah sekolah ini bekerjasama dengan Yayasan Kontak Indonesia dan membina empat sekolah negeri, serta memberdayakan ibu-ibu di lingkungan sekitar. Ia menyulap berbagai sampah menjadi barang guna pakai seperti tas, pot bunga, mainan anak, pupuk kompos, dan lain-lain. Olahan sampah yang sudah menjadi barang guna pakai ini kemudian dijual dan uangnya digunakan untuk keberlangsungan program dan masyarakat yang ia bina.
Kepeduliannya yang sangat besar terhadap penanganan sampah di lingkungan sekitarnya, serta pemberdayaan perempuan dalam pengelolaan sampah, telah mengantarnya menjadi salah satu penerima SATU Astra Awards Nasional tahun tahun 2010 dengan kategori lingkungan.
Di usianya yang masih belia saat itu, ia mampu membuat sebuah program luar biasa yang bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. Lalu ia juga mampu memberdayakan perempuan dan bekerjasama dengan yayasan dan memiliki sekolah binaan untuk mengolah sampah menjadi barang berdaya guna dan mampu menghasilkan rupiah untuk mengembangkan program-programnya dalam penanganan sampah. Ide dan semangatnya sangat patut ditiru oleh para generasi muda lainnya saat ini.
Semoga semakin banyak lagi pahlawan lingkungan dari generasi muda Indonesia khususnya perempuan yang semakin berdaya dan peduli dengan keberlangsungan bumi.
Referensi:
https://mediaharapan.com/amilia-agustin-ratu-sampah-sekolah-asal-bandung/
https://pembaharublog.wordpress.com/2017/03/16/amilia-agustin/